Suksesi Nasional, LAMONGAN – Ikan gabus (kutuk) sangat baik untuk kesehatan, karena mengandung berbagai nutrisi, seperti protein, kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Ikan kutuk juga mengandung albumin, kolagen, dan antioksidan.
Dengan kandungan itu Ikan kutuk disinyalir bisa membantu penyembuhan luka, termasuk baik pasca operasi. Manfaat lain ikan kutuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, pembentukan sel darah putih, kepadatan dan kekuatan tulang dan meningkatkan sistem pertahanan tubuh.
Sealain itu bisa untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri sendi dan membantu meningkatkan perkembangan saraf, otak, dan mata.
Selain bermanfaat untuk kesehatan, rupanya ikan kutuk juga menjadikan lauk kuliner yang melezatkan.
Apalagi ikan kutuk itu jatuh pada di pengolah kuliner yang inovatif, diyakinkan akan memberikan daya tarik sebuah kuliner yang bisa menggugah selera, dengan berbagai varian olahan.
Sebagaimana di sebuah warung tepi sawah di Lamongan menyajikan berbagai olahan masakan desa dengan menu andalan ikan kutuk atau ikan gabus.
Hanya dengan Rp 15 ribu, pengunjung yang datang sudah bisa menikmati beragam menu ikan kutuk khas pedesaan.
Warung Tepi Sawah, sesuai dengan namanya, warung ini berada di tepi sawah yang berada di Ds Wanar, Kec Pucuk.
Pengunjung yang datang sudah bisa menikmati menu ikan kutuk khas pedesaan yang menggugah selera nafsu makan pengunjung yang datang dengan suasana sawah dan pedesaan.
“Warung ini menyediakan berbagai olahan menu makanan dengan menu andalan adalah ikan kutuk atau ikan gabus,” kata pemilik warung, Tutik saat berbincang dengan wartawan, Selasa (28/1/2025).
Ya, ada berbagai olahan ikan kutuk, seperti lodeh ikan kutuk, asem-asem kutuk yang menjadi andalan. Selain itu, ada juga menu lainnya yang tersedia si warung dengan suasana desa dan pemandangan areal persawahan nan asri dan sejuk ini, seperti asem-asem balungan serta rica-rica belut. “Sehari menghabiskan 5 kilogram ikan kutuk,” ujarnya.
Warung Tengah Sawah inipun tidak sulit untuk dicari karena berada di tepi jalan dan tak jauh juga dari jalan poros nasional Lamongan-Babat yang ada di Kecamatan Pucuk.
Selain menjadi andalan, Tutik menyebut, menu olahan kutuk ini juga selalu yang dicari oleh para pengunjung dan omsetnya juga bisa lumayan.
“Jika ramai ya bisa menghabiskan hingga 10 kilogram ikan kutuk dengan omsetnya ya Alhamdulillah,” tambahnya.
Suasana yang asri dan sejuk, membuat pengunjung banyak yang datang. Tak heran jika pelanggan yang datang tidak hanya dari Lamongan atau dari daerah sekitar Desa Wanar saja, tapi kebanyakan berasal dari Tuban, Mojokerto dan Surabaya.
Hanya dengan Rp 15 ribu, pengunjung sudah bisa menikmati sensasi olahan menu khas pedesaan tersebut dengan suasana sawah yang begitu asri. “Satu porsinya hanya Rp 15 ribu,” tambahnya.
Salah satu pengunjung yang kerap datang ke warung pinggir sawah ini adalah bernama Fredy Wahyudi. Fredy mengaku, sebelum bekerja ia selalu mampir dan menyempatkan diri untuk ke warung pinggir sawah ini.
Fredy menyebut, dirinya hampir setiap hari selalu menyempatkan makan di lokasi ini dengan menu favoritnya adalah asem-asem kutuk. “Saya setiap hari mampir di sini dan menu favorit saya ya asem-asem kutuk,” akunya.
Menurut Fredy, rasa masakan di lokasi tersebut begitu nikmat dan lezat. Apalagi, suasana yang asri karena dikelilingi banyak tanaman yang hijau menyejukkan mata.
Fredy menuturkan, asem-asem kutuk yang ada di warung ini rasanya memang mantap. Fredy juga tidak sendirian ketika berada di warung tepi sawah ini. Ia selalu mengajak teman atau koleganya untuk mampir di warung ini.
“Bumbunya meresap dan kutuknya juga segar. Paduan antara bumbu dan masakan kutuknya yang segar membuat masakannya meresap. Apalagi pedasnya cabai juga pas,” ungkapnya.
Bagi pecinta kuliner ikan kutuk yang ingin merasakan asrinya persawahan dengan suasana pedesaan, tak ada salahnya untuk mampir ke warung ini bersama anggota keluarga maupun bersama kolega.
Karena tempat tersebut terlihat asri asli nuansa pedesaan, dan disepanjang jalan itu nampak pemandangan petani bonsai dan tanaman untuk taman, milik warga setempat.(rul)