Suksesi Nasional, Sumenep – Padi merupakan salah satu komoditi Indonesia yang masih banyak di geluti jutaan para petani. Ketergantungan rakyat Indonesia pada padi sampai saat ini masih cukup tinggi. Tanaman pangan lokal seperti singkong, sagu, ubi dan lainnya sudah mulai digalakkan.
Masyarakat masih menganggap beras merupakan makanan pokok utama yang memiliki gengsi tinggi dibandingkan makanan pokok lain.
Menurut Kepala Dispertahortbun Kabupaten Sumenep, Arif Firmanto.
Salah satu unsur penting dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan Nasional adalah dengan meningkatkan produktifitas tanaman padi itu bisa dilakukan petani hingga tiga kali dalam setahun.
Namun terkadang menimbulkan permasalahan lain yaitu meningkatnya populasi hama, diantaranya hama tikus.
Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dengan efek kerusakan yang dapat terjadi mulai dari fase persemaian, fase menjelang panen hingga fase penyimpanan di gudang.
Hasil penelitian menyebutkan rata-rata tingkat kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus ini mencapai 20 bahkan bisa mencapai 50 persen per tahun.
Pengendalian hama ini relatif lebih sulit karena sifat biologi dan ekologi nya yaitu tumbuhnya yang fleksibel mudah beradaptasi dan mudah berkembang biak.
Hama tikus selalu menimbulkan masalah karena pengendalian yang tergolong lambat, petani biasanya muali mengendalikan atau membasmi setelah terjadi serangan.
Selain itu ledakan populasi tidak dapat diantisipasi sebelum nya karena monitoring yang lemah sehingga menyebabkan kerugian yang besar tidak jarang juga pengendalian dilakukan terbatas tidak berkelanjutan dan terkadang terjadi ketidak kekompakan antar petani serta melekatnya mitos kedaerahan.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan berbagai cara mulai dari cara murah hingga yang mahal. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antaranya dengan pengasapan pembuatan rumah burung hantu sebagai hewan pemangsa tikus sawah termasuk pengorbiokan dengan melakukan kegiatan gotong royong petani dalam memberantas tikus dan menggunakan umpan beracun atau perangkap tikus.
Kegiatan pengobirokan tikus selain memiliki tujuan utama dalam membasmi Hama tikus juga memiliki kemanfaatan lain. Kearifan lokal ini menumbuhkan sikap gotong royong antar petani dan sebagai ajang silaturahmi.
Kegiatan ini memang tergolong tradisional dan kumuh namun seringkali bersifat efektif sederhana murah serta ramah lingkungan, maka alangkah indahnya jika hidup bergotong royong, tolong menolong tergambar dalam etika kearifan lokal petani saat memberantas hama tikus”, ungkapnya. (hfw Ang)