Suksesi Nasional, Nganjuk- Kegiatan Bimtek dan Sosialisasi peningkatan produksivitas komoditas tanaman pangan dan aplikasi elisitor Biosaka digelar di gedung pertemuan Pemdes Banaran Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.
Acara dihadiri Kepala Disperta Nganjuk, Camat Pace, Ka BPP Pace, PPL dan poktan dari Kecamatan Pace, Tanjunganom, Sukomoro dan Sumatra serta NTB, Rabu (11/3/2023) .
Kegiatan ini hasil inisiasi Ir Mindo Sianipar, anggota DPR – RI Komisi IV dari partai PDI Perjuangan bekerjama dengan Dirjen tanaman pangan dan hortikultura Kementrian pertanian. Kegiatan ini dipandu tim koordinator kegiatan bersama M Anshar tokoh Biosaka.
Biosaka berasal dari kata Bio singkatan dari Biologi/ hayati, dan Saka singkatan dari Soko Alam Kembali Ke Alam. Biosaka adalah inovasi yang telah dikembangkan oleh petani dari bahan baru-terbarukan yang tersedia melimpah di alam.
“Dasar prinsip Biosaka adalah semua sepakat bahwa semua tanaman memerlukan unsur hara. Kesuburan tanah adalah melalui air hujan. Biosaka itu bukan pupuk, biosaka merupakan salah satu elisitor atau jaringan atau penguat jaringan tanaman/ hormon pertumbuhan.
Biosaka itu terobosan pemupukan yang bersahabat dengan alam, ramah lingkungan, hemat biayadan dapat menekan penggunaan pupuk hingga 50%.serta mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman” jelas M Anshar penemu Biosaka asal Blitar ini.
Biosaka berbahan utama tanaman sehat apa saja yang ada di sekitar kita. Terutama jenis rumput karena rumput adalah tanaman yang bisa mudah beradaptasi dengan lingkungan apa saja.
Dalam penerapan Biosaka prinsipnya kalau dalam bahasa jawanya’ Soyo ra marem soyo pener, Soyo ra puas soyo pas, Soyo akeh angin soyo seneng’. Pengaplikasiannya mudah, murah, bagus dan memakan waktu lebih sedikit dari kebiasaan petani selama ini.
Alat dan bahan pembuatan Biosaka yaitu wadah (baskom), saringan, corong dan botol/ jerigen. Bahannya adalah rumput-rumputan/ daun-daunan yang sehat sempurna, tidak terkena hama penyakit dan bukan tanaman berlendir. Takarannya segenggam daun minimal 5 jenis berbeda untuk satu kali pembuatan, (5% bahan : 95% air atau 2,5 ons bahan rumput/ daun dalam 5 L air).
Proses pembuatannya dilakukan dengan cara meremas bahan/ daun di dalam air sebanyak 5 liter selama sekitar 15-30 menit sampai tercampur homogen.
Kemudian disaring lalu dimasukkan botol/ jerigen.
Tanda Biosaka telah homogen yaitu tidak mengendap, tidak timbul gas dan tidak ada butiran, ramuan biosaka terlihat pekat dan mengkilap. Kepekatan ramuan dapat diukur dengan alat Total Disolved Solid (TDS), peningkatan nilai TDS sebelum dan setelah diremas minimal 200 ppm, sebaiknya >300 ppm.
Hasil ramuan biosaka dapat diaplikasikan langsung dan selebihnya disimpan. Aplikasi di lapangan dilakukan dengan melarutkan 40 cc/8 tutup botol aqua Biosaka dalam 15 liter air bersih. Lakukan penyemprotan dengan pengabutan. Semakin ada angin semakin bagus. (Bila ada bisa dan disarankan menggunakan drone).
Peserta tampak antusias sekali mengikuti praktik membuat larutan Biosaka ini. M Anshar dalam pelatihan mengajak peserta melakukan kegiatan ini dengan serius dan hati tenang serta pikiran senang.
Karena sugesti emosi ini juga tertransfer pada larutan Biosaka yang dibuat dan berpengaruh pada kekuatan waktu homogenitas larutan.
Setelah selesai hasil dari peserta di perlihatkan dan hasilnya ternyata memang berbeda beda warnanya. Semakin pekat warnanya semakin lama daya simpannya.
Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui dinas pertanian dan Camat Pace mengharapkan apa yang sudah di pelajari petani peserta Bimtek ini bisa diterapkan dalam bertani.
Sehingga kedepannya petani Nganjuk tidak perlu ada keresahan masalah pupuk karena hemat biaya, hasil lebih baik, petani Nganjuk semakin sejahtera. (rmb)