Suksesi Nasional, Blitar – Di hari ke 9 masa kampanye sejak 26 September lalu, pasangan Satrio gencar melakukan kampanye di berbagai tempat. Meski tidak bisa semeriah Pilkada sebelumnya karena pandemi, tidak menyurutkan niat Satrio merebut hati warga Kota Blitar.
Seperti yang dilakukannya pada Minggu (4/10/2020) malam. Datang sendiri tanpa pasangannya Tjutjuk Sunario yang sedang berada di Surabaya, Santoso tiba di Barstad (Barat Stadion) Supriadi, tempat kediaman Yudi Meira anggota DPRD Kota Blitar fraksi PDIP.
Mengenakan kemeja batik warna coklat bermotif hitam putih, dengan setelan celana hitam serta kopiah hitam, Santoso terlihat gagah dan berwibawa. Para relawan dan pendukung yang menunggu berdiri sejenak untuk memberi penghormatan.
Dalam sambutannya, Santoso mengajak masyarakat Kota Blitar untuk tidak percaya isu-isu yang berkembang, yang menyudutkan dirinya. Menurut dia, itu adalah Black Campaign untuk menjatuhkannya.
Saya dibilang tidak berprestasi katanya. Padahal Kota Blitar adalah satu-satunya Kota/ Kabupaten di Jawa Timur yang meraih penghargaan WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) 10 kali berturut-turut.
Itu berarti meskipun saya baru memimpin Kota Blitar selama 2 tahun terakhir, namun saya mampu mempertahankan prestasi yang sangat baik dalam pengelolaan keuangan daerah. Dan Insha Allah ini akan tetap saya pertahankan dalam kepemimpinan saya selanjutnya”, terang Santoso yang langsung direspon dengan teriakan “Lanjutkan” oleh para pendukung dan relawannya.
“Ada lagi isu yang mengatakan bahwa saya ini tidak tegas. Menurut saya itu juga tidak tepat. Tegas itu bukan semena-mena. Tegas itu harus proporsional, harus terukur. Kalau tidak percaya, ya dibuktikan saja ketika nanti saya terpilih. Saya akan beri sanksi kepada siapa saja yang tidak mematuhi perintah. Namun sekali lagi tentu harus proporsional. Saya tidak mau dianggap pemimpin yang arogan terhadap bawahan”, ucapnya.
Calon Walikota nomer urut 2 ini mengatakan, saat ini sebagian masyarakat masih merasakan adanya ancaman-ancaman. Banyak RT maupun RW serta kelompok Posyandu yang diduga mendapat ancaman oleh oknum tertentu. Santoso menganggap bahwa itu adalah cara-cara premanisme.
“Kepada siapa saja saya menghimbau untuk tidak takut kepada ancaman-ancaman yang disebarkan. Laporkan saja kepada tim untuk ditindaklanjuti. Atau kepada aparat penegak hukum yang akan selalu siap melindungi saudara-saudara semua”, tegasnya.
“Demokrasi itu hakekatnya tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sudah bukan jamannya ancam mengancam. Demokrasi itu bebas memilih. Memilihlah sesuai hati nurani, karena hati nurani itu selalu benar”, imbuhnya.
“Terakhir saya berpesan kepada seluruh masyarakat Kota Blitar untuk turut menjaga kerukunan, menjaga seduluran, guyub rukun seperti yang disampaikan IBu Gubernur. Mari kita semua turut ambil bagian dalam proses pendewasaan demokrasi masyarakat kita”, pungkas Santoso. (Ek)