Suksesi Nasional, Blitar- Ketua DPP PDIP sekaligus anggota DPR RI, Djarot Saiful Hidayat pulang ke kampung halamannya di Blitar Jawa Timur. Disela-sela jadwalnya yang sangat padat, Djarot menyempatkan diri melakukan konsolidasi dengan jajaran DPC PDIP beserta partai koalisi di kediamannya di Kelurahan Ngadirejo Kota Blitar, Kamis (18/9/2020).
“Sekarang ini, banyak orang menyembah “berhala”. Namun berhalanya yang dimaksud adalah materi atau kapiltal. Orang mau melakukan apa saja demi materi. Kaya itu boleh, tapi caranya harus benar”, ucap Djarot.
“Lho opo gak takut kalau ditanya Malaikat? Apa gak takut kalau ditanya Gusti Allah? Yok opo se!(bagaimana sih-red)”, kata Djarot.
Lebih dalam dia mengatakan, dulu saat dirinya sebagai Wakil Gubernur Jakarta mendampingi Ahok, kesempatan untuk mendapatkan materi/harta sangat mudah.
“APBD DKI Jakarta sekitar 70 triliun. Kalau diambil 1 persennya saja berarti 700 milyar, kalau 1/2 persennya berarti 350 milyar, tapi saya tidak tergiur. Seseorang akan diuji ketika sudah memegang kendali Kekuasaan”, ujarnya.
Disela-sela sambutannya, Djarot menyapa satu persatu tamu undangan, sambil sesekali bercanda. Dari pengamatan awak media, Djarot adalah komunikator yang baik.
Masih menurut Djarot, pertarungan di Pilwali mendatang bukan sekedar masalah pemilihan pemimpin biasa. Kota Blitar tidak bisa lepas dari Soekarno, sosok yang menjadi tempat bagi bangsa Indonesia untuk mengenal lebih dekat bagaimana Ideologi bangsa ini terbentuk melalui pemikiran-pemikiran Sang Proklamator. Kepada seluruh tamu yang datang, Djarot juga berjanji akan memberikan sebuah buku tentang Ideologi, yang sangat bagus untuk dibaca.
“Di Blitar ini permasalahan Ideologi yang harus kita jaga bersama-sama. Jangan anggap remeh, harus bergerak semua. Mengetuk pintu rumah, mengetuk pintu hati masyarakat, memastikan untuk memilih Santoso-Tjutujuk memimpin lima tahun kedepan”, tegas Djarot.
Djarot pun mengingatkan pada DPD PDIP Jatim dan DPC untuk bersungguh-sungguh memenangkan rekomemdasi yang telah diberikan kepada pasangan Satrio. Jika tidak , maka DPP tak akan segan-segan memberikan sanksi tegas.
“Anggota fraksi itu wajib hukumnya untuk mengamankan Rekom. Kalau tidak sungguh-sungguh, saya ini ketua DPP lho. Pulpen saya ini masih sakti”, tandasnya.
Djarot berharap agar partai koalisi melakukan hal yang sama, bekerja secara gotong royong. Dirinya juga menginginkan agar dalam melakukan semua pekerjaan dengan ikhlas dan senang hati supaya tidak menjadi beban, supaya bergembira.
Di kesempatan terpisah, Ketua DPC PPP Kota Blitar Agus Zunaidi mengaku cukup dekat dengan Djarot Saiful Hidayat. Agus mengenal Djarot sejak periode pertama kepemimpinan Djarot sebagai walikota Blitar.
“Saya mengenal Pak Djarot saat periode pertama beliau. Waktu itu Walikota dipilih oleh DPR. Setelah itu Pak Djarot maju lagi di pemilu langsung pada 2005. Kami PPP juga mendukung beliau karena pada kepemimpinan yang pertama, kita masyarakat merasakan beliau pemimpin yang tegas, baik dan jujur”, kata Agus melalui pesan suara WhatsApp, Sabtu (19/9/2020).
“Saya melihat Pak Djarot sebagai pemimpin yang bersih dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Kami bahkan mendengar langsung testimoni para pengusaha di Blitar. Ketika mengurus ijin, mengurus sesuatu, Pak Djarot tidak mau menerima imbalan apapun. Bahkan ucapan terimakasih saja ditolak, ini testimoni dari pengusaha-pengusaha itu. Bukan pengakuan Pak Djarot tetapi orang lain menilai seperti itu”, sambungnya.
Agus berharap, PPP sebagai partai koalisi pengusung Santoso-Tjutujuk agar nantinya Pak Djarot sebagai ketua DPP terus memberi masukan, menasehati pasangan ini.
“Kami menginginkan Pemerintah Kota Blitar kedepan benar-benar pemerintah yang bersih, pemerintah yang bebas dari KKN. Untuk terus mengingatkan kepada pasangan Santoso-Tjutujuk jika memimpin Kota Blitar nantinya”, pungkas Agus Zunaidi. (ek)