Beranda Headline

Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1219, Mas Dhito Ziarah ke Makam Para Bupati

Ketua DPC PPP Anang Sulistyo Serahkan Berkas ke KPU Magetan

Suksesi Nasional, Kediri – Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana menggelar ziarah ke makam leluhur Kediri. Ziarah ini digelar sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Kediri ke-1.219, Kamis (12/05/2023)

Mas Dhito panggilan akrab Bupati Kediri mengawali rangkaian ziarahnya di Taman Makam Pahlawan, Kecamatan Pare.

Setelah itu, rombongan, ziarah dilanjutkan ke Makam Setono Gedong di Kota Kediri.

“Kegiatan ziarah makam leluhur ini bukan kali pertama kita adakan, ziarah kali ini sebagai bagian dari peringatan Hari Jadi Kabupaten Kediri Kabupaten Kediri ke 1.219,” kata Mas Dhito.

Di komplek Makam Setono Gedong, Mas Dhito disambut juru kunci dilanjutkan melakukan doa bersama dan tabur bunga di makam tokoh penyebar Islam, Syekh Wasil Syamsudin atau Mbah Wasil, makam Sunan Amangkurat III dan bupati-bupati Kediri yang dimakamkan di komplek pemakaman itu.

Bupati Kediri yang dimakamkan di Setono Gedong di antaranya, Raden Mas Tumenggung (RMT) Pandji Djojo Koesoemo, RMT Pandji Tondo Adi Tjokro, Raden Adipati Ario (RAA) Koesoemoadinoto, RAA Danoediningrat, RAA Danoediningrat II, dan Raden Mochammad Machin.

Baca Juga :  Sosok Kyai Warits Cawabup Kab Sumenep

“Kita tidak boleh melupakan sejarah. Sudah sepatutnya kita untuk mengenang jasa-jasa para bupati terdahulu dan melanjutkan perjuangan untuk kesejahteraan rakyat,” ungkapnya.

Seperti pada masa Raden Mas Tumenggung (RMT) Pandji Djojo Koesoemo yang memerintah periode 18 Maret 1.887 sampai 1 Maret 1.901.

Di masa pemerintahannya terdapat peristiwa pembangunan jaringan jalan kereta api dari Kediri menuju Pare dan berakhir di Jombang oleh perusahaan Kereta api swasta (particuliere) Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM).

Kemudian, pembukaan lahan perkebunan secara besar-besaran tercatat terdapat 105 perusahaan dan kebun baru di wilayah Kediri sebagai dampak diberlakukannya Undang-undang Agraria oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1.870.

Pada masa Raden Adipati Ario (RAA) Koesoemoadinoto yang memerintah periode 7 Agustus 1914 – 10 September 1923 terdapat peristiwa erupsi Gunung Kelud pada 20 Mei 1919 dengan korban jiwa yang cukup besar, ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan hancur.

Baca Juga :  Ustadz Hidayatullah: Ridho Ibu, Bisa Membawa Orang ke Neraka atau Surga

Letusan dahsyat Gunung Kelud tahun 1919 mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kolonial Belanda hingga terbit kebijakan untuk membentuk Vulkaan Bewaking Dienst (Dinas Penjagaan Gunung Api) pada 16 September 1920.

Selain itu, dibangun sarana-prasarana pengendali dan mitigasi bencana erupsi Gunung Kelud. Salah satunya pembangunan terowongan yang berfungsi mengurangi volume air kawah pada tahun 1920 yang dipimpin oleh Von Steiger.

Bupati Kediri, Mas Dhito saat berziarah ke makam leluhur Kediri di makam Setono Gedong, kota Kediri, kemarin (11/5/2023)

Kemudian, pembukaan lahan perkebunan secara besar-besaran tercatat terdapat 105 perusahaan dan kebun baru di wilayah Kediri sebagai dampak diberlakukannya Undang-undang Agraria oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1.870.

Pada masa Raden Adipati Ario (RAA) Koesoemoadinoto yang memerintah periode 7 Agustus 1914 – 10 September 1923 terdapat peristiwa erupsi Gunung Kelud pada 20 Mei 1919 dengan korban jiwa yang cukup besar, ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan hancur.

Baca Juga :  COVID -19 di Bangkalan Melonjak, Polres Sampang Gelar Tes Swab Antigen Pengguna Jalan Raya

Letusan dahsyat Gunung Kelud tahun 1919 mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kolonial Belanda hingga terbit kebijakan untuk membentuk Vulkaan Bewaking Dienst (Dinas Penjagaan Gunung Api) pada 16 September 1920.

Selain itu, dibangun sarana-prasarana pengendali dan mitigasi bencana erupsi Gunung Kelud. Salah satunya pembangunan terowongan yang berfungsi mengurangi volume air kawah pada tahun 1920 yang dipimpin oleh Von Steiger.

Karena runtuhnya beberapa bagian lubang terowongan, proses pembangunan sempat terhenti pada 1923. Selanjutnya di tahun 1926, terowongan berhasil diselesaikan dengan panjang mencapai 955 meter.

Peristiwa besar pada setiap kepemimpinan bupati  akan menjadi sejarah yang akan dikenang bagi generasi selanjutnya.

Semangat dan cita-cita untuk memajukan Kediri,” ungkapnya. (sid)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini