Suksesi Nasional, LAMONGAN – Dalam pesta Demokrasii di Indonesia, baik itu Pilpres, Pilgub atau Pilkada, Nadlatul Ulama (NU) bersifat netral secara kelembagaan.
Jadi pemakaian simbol NU di Pemilu itu tidak boleh, akan tetapi secara pribadi/perorangan, anggota NU bebas memilih dan mendukung salah satu Calon.
Inilah yang perlu dipahami oleh publik, meski sejatinya publik sudah mengetahui jika NU itu netral. Namun ada saja oknum yang memakai simbol NU dalam pesta Demokrasi.
Sebagaimana yang ada dalam Pilkada 2024 Lamongan, banyak beredarnya postingan akun di Medsos, banner dan spanduk menyangkut pautkan nama NUÂ di semakin marak.
Dimana hal yang secara tidak langsung menyudutkan dan merugikan salah Paslon Cabup-Cawabup Yes-Dirham, yang dinilai bukan Orang NU. Meski terus dihujat, nyatanya Yes-Dirham semakin mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat Lamongan.
Artinya masyarakat Lamongan sudah pandai dan cerdas menyingkapi perihal itu dalam menentukan dukungan dan pilihanya. Diduga postingan itu muncul adanya rasa kecemburuan, ketidakterimaan, iri, dan sakit hati dari para pembuat akun, yang diduga dari timses rivalnya. Karena Yes-Dirham terus menerus mendapat empati dari masyarakat dan elektabilitasnya semakin naik.
Terkait lembaga NU yang dibentur-benturkan dalam Pilkada 2024 Lamongan, mendapat respon dari mantan Ketua Umum PBNU periode masa khidmat 2010-2021, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj.
Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj M.A mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama (PBNU) dua periode dan saat ini menjadi Mustasyar PBNU 2022-2027 Mendo’akan Yes-Dirham di Pilkada Lamongan. Pertemuan berlangsung di Pondok Pesantren Tanfirul Ghoyyi, Jl. Sunan Giri, Gg. Jambu No.1 Lamongan, Kamis (24/10/2024).
” Saya yakin pola pikir masyarakat Lamongan sudah dewasa dalam berdemokrasi. Perbedaan pilihan tidak menjadikan permusuhan, perpecahan, ada ketegangan, tapi Insya Allah semuanya sadar, ” kata mantan Ketua PBNU, saat menghadiri Dzikro Maulid Nabi Muhammad SAW, di Ponpes Tanfirul Goyyi, Lamongan, Kamis (24/10/2024).
” Memang NU masih terus menjadi primadona, dan sebenarnya tidak boleh kalau organisasinya untuk memenangkan salah satu calon atau salah satu partai. Tapi kalau probadinya, monggo, dan itu peraturannya jelas. Karena NU ada di mana-mana, di partai mana aja ada, ” tambah Mustasyar PBNU 2022-2027 itu.
Disinggung terkait ada yang membawa nama lembaga (NU), KH, Said Aqil Siraj mengatakan jika pimpinan harus memberikan peringatan, baik itu pengurus MWC atau yang lain.
“Silahkan ikut mendukung salah stau calon, tapi jangan atas nama NU, harus nama secara pribadi. Karena kalau pakai nama NU, NU nya menjadi murahan, hanya untuk pemenangan 5 tahun, murah banget NU.
Insyaallah NU itu pilarnya bangsa, pemersatu bangsa sampai hari kiamat. Karena jaringan NU dari pusat sampai ke (tingkat) ranting ada. Dan di seluruh Indonesia ada, ” jelasnya.
” Jika ada NU dibentur- benturkan dengan yang lain, Ya harus sadar lah, sebagai seorang pemimpin harus punya jiwa kenegarawanan. Jangan untuk kepentingan 5 tahun, sayang banget NU-nya.
Politik identitas harus dihilangkan, makanya jangan bawa-bawa NU-nya. Kalau atas nama pribadi kiai suriah, ketua Tanfidziah pribadinya, silahkan, ” pungkas Prof, Dr, KH.Said Aqil, M.A berpesan.(rus)