Suksesi Nasional, Blitar – Ibarat pertandingan sepak bola, kemenangan Hermawan di perhelatan pemilihan Ketua GP Ansor Kabupatenen Blitar pada Konferensi Cabang (Konfercab) XIV cukup dramatis. Selain persaingan ketat, juga beredarnya video yang menyudutkan dirinya menjelang pemilihan digelar.
Tampil optimis dan percaya diri sejak awal, kandidat nomer urut 2 tersebut unggul tipis dari kontestan lainnya. Memperoleh total 113 suara, hanya unggul 1 suara dengan lawannya Nur Muhlisin nomer urut 3 yang meraih 112 total suara sedangkan satu calon lain nomer urut 1 Nurul Musthofa mendapatkan 36 suara.
Meskipun demikian, dengan selisih 1 suara saja, cukup menghantarkannya duduk di posisi Ketua GP Ansor, sebuah badan otonomi organisasi keagamaan Nahdatul Ulama (NU). Hermawan akan memimpin organisasi kepemudaan dibawah naungan NU ini 4 tahun ke depan.
“Ini kemenangan bersama, amanah yang harus dijaga bersama. Saya akan segera menjalankan amanah Konfercab yang pertama yaitu membentuk kepengurusan bersama 9 Tim formatur”, terang Hermawan, Senin (21/12/2020).
Ia menambahkan bahwa perjuangan GP Ansor tidak boleh berhenti sedetikpun. Ia pun berharap agar kepengurusan ini segera di SK kan.
Sementara itu, Nur Muhlisin merasa legowo (mau menerima) dengan hasil pemilihan di Konfercab XIV ini. Menurutnya, menjaga kebersamaan di tubuh Ansor jauh lebih penting.
“Mekanisme pemilihan Ketua memang berbeda dengan pemilihan di periode sebelumnya, demikian pula pemahaman pemilik hak suara juga tidak sama. Tapi ini adalah Ansor, rasanya tidak etis kalau mempermasalahkan hal yang bisa mencederai kebersamaan”, ucapnya.
Di kesempatan yang sama, Aminudin Fahruda, Ketua GP Ansor periode 2016-2020 menyampaikan, kemenangan Hermawan di pemilihan ini berjalan demokratis. Ia berharap setelah pemilihan ini semua pihak bersatu kembali.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak memberikan pesan saat membuka Konfercab XIV di Ponpes Mambaus Sholihin 2 di Desa Sumber Kecamatan Sanankulon pada Minggu (20/12/2020) kemarin agar GP Ansor melek teknologi.
“Sekarang ini ada 3 tantangan yang dihadapi GP Ansor yaitu kaum milenial, era digitalisasi serta trend radikalisme degradasi. Perbedaan pendapat cenderung mengarah pada permusuhan dan dianggap gerakan radikalisme”, tutur Emil (ek)