Suksesi Nasional, NTT – Sungguh memprihatinkan dan memilukan hati kita semua bahwa di jaman yang disebut modern ini masih ada siswa-siswi yang harus rela belajar dalam ruang kelas darurat yang terbuat dari bambu. Hal ini berlangsung sejak sekolah ini berdiri pada tanggal 29 April 2019 silam.
Kondisi ini terjadi di SMAN 3 Cibal yang beralamat di desa Beamese Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pantauan media ini, tiba di lokasi sekolah melalui jalan setapak yang terkesan tidak terurus dan berlumpur ketika hujan turun menuju halaman sekolah yang ukuran kecil digunakan para siswa bermain volley saat ekstrakurikuler.
Kepala Sekolah SMAN 3 Cibal, Aloysius Genggor,SE kepada awak media menuturkan kondisi terkini disekolah yang diasuhnya sejak 2019 silam. Dikatakannya bahwa ruang kelas permanen ada 3 ruang, ruang kelas darurat ada 3 terbuat dari bambu.
Jumlah rombongan belajar ada 7 rombel. Ruang perpustakaan dan laboratorium belum ada sama sekali.
Toilet ada 3 unit bantuan dari desa dan ada 6 unit dibangun dari dana alokasi umum (DAU).
Semuanya dalam kondisi tidak ada air sama sekali. Kebutuhan air untuk keperluan di toilet harus dibawa dari luar sekolah yang jaraknya cukup jauh. Sinyal handphone hilang muncul.
Siswa yang memilih belajar di SMA Negeri 3 Cibal dari kelas X hingga kelas XII sebanyak 175 orang, kata Kepsek asal Perak Cibal ini.
Tenaga pengajar, lanjutnya, berjumlah 25 orang, guru PNS hanya 1 orang yaitu kepala sekolah, Tata usaha 3 orang dan tenaga pengajar ada 21 orang. Sumber gaji guru yaitu dari dana komite sebanyak 15 orang dan 9 orang guru di gaji dari dana bos.
Sebanyak 14 orang guru mendapat tambahan penghasilan dari propinsi tahun lalu, kata Lois. Mantan guru SMAN I Cibal ini mengungkapkan meskipun sarana belajar siswa sangat terbatas tidak menghambat mereka dalam meraih dan mengukir prestasi.
Dicontohkannya, siswa SMAN 3 Cibal masuk dalam 10 besar dalam lomba debat bahasa Indonesia, baru-baru ini siswanya juara 4 dalam pertandingan volley putra yang diselenggarakan UNIKA St Paulus Ruteng.
SMAN 3 Cibal yang berada ditengah-tengah sentra kerajinan tenun songke Manggarai yang kesohor itu juga menular pada kreativitas kerajinan siswa dengan belajar menenun tenunan kain songke, kain meja, selendang.
Hasil karya siswa ini dipamerkan pada festival Golokoe di Labuan Bajo serta kegiatan lain. Hasil kerajinan siswa berupa tenunan kain songke dan selendang ini sering mendapat pesanan dari luar tapi jumlah agak terbatas.
Kegiatan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di sekolah ini, kata Lois, dengan melaksanakan pembuatan pupuk kompos dan pupuk cair yang digunakan untuk kepentingan sendiri disekolah dan instrukturnya dari guru sendiri.
Sekolah yang diasuhnya ini telah menamatkan 3 angkatan dengan prosentase kelulusan 100 persen. Dan yang paling membanggakan, tambahnya, ada beberapa siswa yang diterima kuliah pada beberapa perguruan tinggi negeri seperti di Undana Kupang dan beberapa perguruan tinggi lain.
Pada tahun pelajaran 2024-2025 pihaknya akan menerima 3 ruang kelas siswa baru. Pada PPDB, tahun lalu, kami menerima 85 orang siswa. Tahun ini bisa lebih. Sekolah pendukung kami yaitu SMPN 3 Cibal di desa Perak, SMPN 8 Ladur dan ada siswa dari sekolah lain yang berminat sekolah disini, katanya.
Terhadap kekurangan dan keterbatasan sarana belajar siswa di SMAN 3 Cibal ini, pihaknya meminta perhatian dari pemerintah kabupaten, pemerintah propinsi dan pemerintah pusat sesuai kewenangan agar tercipta kenyamanan dan kesejukan belajar para siswa, pinta Lois. (Beni. L).