Suksesi Nasional, Blitar – Budidaya ikan Nila di Kabupatenen Blitar nampaknya akan menjadi harapan baru di dunia perikanan di Indonesia. Hasil silangan baru yang sekarang dipijahkan (Spawning) oleh Balai Benih Ikan (BBI) Kelurahan Klemunan dan dibesarkan di BBI Kelurahan Babadan Kecamatan Wlingi. Dua tempat ini menjadi titik sentral pembenihan milik Dinas Peternakan Kabupatenen Blitar.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, drh Adi Andaka melalui Kepala Unit BBI Kelurahan Klemunan Bambang Sugianto, Spi mengatakan, jenis ikan Nila hitam yang dibudidayakan di BBI Klemunan ada dua jenis yakni Nila Kekar dan Nila Sultana yang indukan dan pemijahannya dibudidayakan di kolam BBI Klemunan ini sekarang sedang trend di Jawa Timur.
“Dari survey real time, jenis ikan Nila Kekar menduduki rangking atas di pasar Jawa Timur. Nila hitam kekar sangat diminati karena cepat besar dan penggemukannya gampang”, kata Bambang Sugianto, Sabtu (17/10/2020).
Selain sebagai daerah yang memiliki icon ikan Koi, Kabupaten Blitar ternyata juga berpotensi bagus untuk budidaya Minapolitan seperti Lele, Gurami, dan Nila. Bahkan untuk memenuhi permintaan bibit Nila Kekar, BBI kewalahan mencukupi permintaan Usaha Petani Rakyat (UPR).
Masih kata Bambang, produksi pembibitan tercatat secara periodik triwulan. Dari bulan Juli, bibit ikan Nila ukuran 2-3 cm terjual 150.000 ekor, ikan koi ukuran 8 cm terjual 121.000 ekor. Bulan Agustus, 145.000 bibit Nila ukuran 2-3 cm, 240.000 bibit koi ukuran 9-12 cm. Kemudian larva Nila 400.000 ekor.
“Jum’at kemarin kami jual larva Koi 180.000 ekor terdiri dari 9 kantong, dengan harga per kantong 150.000 rupiah total 1.350.000 rupiah, ke wilayah Karangkates, Pasuruan, Jepara”, lanjutnya.
Bambang Sugianto menambahkan, saat ini ada 5 kelompok UPR Nila di sekitar Kelurahan Klemunan. Sedangkan untuk pelanggan jumlahnya tidak menentu setiap tahunnya, naik turun. Begitu juga hasil produksi juga naik turun tergantung cuaca.
“Untuk produksi larva Nila terendah sebanyak 250.000 ekor, sedang tertinggi 600.000 ekor larva”, sambung Bambang.
“Keterbatasan induk yang berkualitas masih menjadi kendala pemenuhan kebutuhan UPR. Selain itu juga faktor kualitas air yang semakin hari semakin menurun. Kami berharap kepada UPR agar menggunakan induk berkualitas sehingga Brand yang sudah dibangun untuk benih berkualitas di Kabupatenen Blitar ini selalu terjaga dan dipertahankan”, pungkasnya. (Adv/Kmf/ek)