Gelar Kampanye Berbau SARA
Suksesi Nasional, Sidoarjo – Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sidoarjo 2020 mulai ada yang bermain tidak sehat alias kotor demi meyakinkan masyarakat agar memilih Calon Bupati dan wakil Bupati yang didukungnya menang dalam pesta lima tahunan ini.
Hal itu terungkap dari video rekaman yang viral di group Whatsapp (WA) serta Media Sosial (Medsos) lainnya yang terang-terangan menjelekan calon lain dengan membawa isu Suku, Ras, Agama dan Antar golongan (SARA) yang berpotensi membuat Sidoarjo panas dan gaduh.
Ironisnya, dalam video yang beredar tersebut diduga dilakukan salah satu tokoh keagamaan di acara bulanan NU, yakni Lailatul Ijtima di kawasan Kecamatan Tanggulangin itu langsung dilaporkan ke Panwascam setempat.
“Kami langsung laporkan video kampanye viral membawa isu SARA tersebut. Sudah kami laporkan beserta buktinya,” kata Dariyanto kepada wartawan, Rabu (28/10/2020).
Ia pun menyesalkan tindakan tersebut merupakan kampanye yang sudah tidak sehat dan mencederai pesta demokrasi.
Apalagi, lanjut dia, hanya karena untuk meyakinkan pemilih untuk mendukung paslon nomor urut 2 yaitu Ahmad Muhdlor Ali -Subandi, mereka harus menjelekan paslon lain dengan menggunakan isu SARA yang berpotensi menimbulkan gejolak sesama saudara.
“Kami ingin Pilkada Sidoarjo berjalan dengan aman dan damai. Jangan sampai ada gesekan hanya demi memenangkan calon yang didukungnya. Mari adu program dan gagasan untuk Kabupaten Sidoarjo tercinta,” ungkap warga Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo itu.
Daryanto pun menjelaskan, video yang viral di Whats App serta Media Sosial itu yang dilaporkan ke Bawaslu setempat itu berisi salah satu tokoh keagamaan ceramah di acara bulanan NU yakni Lailatul Ijtima di kawasan Kecamagan Tanggulangin.
Dalam kegiatan keagamaan itu, samabung dia, ternyata juga ada ajakan untuk memilih Paslon peserta Pilkada Sidoarjo. Ia mengulas, dalam video berdurasi 2 menit 45 detik yang viral tersebut dilakukan oleh pemuka agama yang diketahui adalah Ketua MWC NU Kecamatan Tanggulangin Zainal Hayat.
Zainal Hayat menyampaikan kepada jamaah yang hadir, mengharuskan memilih pasangan calon asli dari Sidoarjo yaitu nomor 2, karena asli Sidoarjo.
Perlu diketahui Pilkada Sidoarjo 2020 di ikuti tiga pasang calon Bupati dan wakil Bupati yang bertarung di pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang. Paslon nomor urut 1 , Bambang Haryo Soekartono (BHS)- Taufiqulbar yang diusung Patai Gerindra, PKS, Golkar, Demokrat dan PPP.
Paslon Nomor urut 2, Ahmad Muhdlor Ali- Subandi diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Paslon nomor urut 3, Kelana Aprilianto-Dwi Astutik yang di usung PDI Perjuangan dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Ironisnya, Zainal Hayat juga mempengaruhi jamaah dengan menyudutkan paslon lain yaitu paslon nomor 1 dan 3 dengan isu membawa SARA.
“Jika paslon 1 yang jadi, disana ada orang PKS nya, PKS itu ada HTI nya. Jika Paslon Nomor 1 jadi, maka Bapak dan Ibu nantinya diajak pakai celana cingkrang dan pakai cadar semua. Padahal kita ingin HTI menyingkir dari Sidoarjo,” kata Daryanto sambil menunjukan rekaman video tersebut.
Masih dalam video tersebut, lanjut Daryanto, juga berisi ajakan agar tidak memilih paslon nomor urut 3 yang didukung PDI Perjuangan dan Partai Amanat Nasional (PAN).
“Kalau Bapak dan Ibu pilih nomor urut 3 itu didung PAN. PAN itu adalah groupnya Muhammadiyah, jika nomor 3 jadi, maka Bapak dan Ibu di langgar atau mushola serta masjid dilarang (doa) khunut,” ulasnya, meniru ucapan di video yang viral tersebut.
“Lha ini kan bahaya jika di biarkan, makanya saya melaporkan ke Panwascam Tanggulangin, karena acara tersebut di gelar di tanggulangi,” tambah Daryanto. Ia meminta agar pihak terkait memproses video viral tersebut agar tidak ada lagi kampanye hitam yang di lakukan paslon peserta Pilkada Sidoarjo.
“Karena ini menciderai demokrasi serta membuat Pilkada Sidoarjo tidak damai dan aman. Saya minta itu ditindak tegas,” harapnya.
Ketua Panwascam Tanggulangin, Sidoarjo Muhaimin Kholid mengaku telah menerima laporan resmi dari salah satu warga terkait adanya video viral yang di duga mengandung isu SARA keagamaan tersebut.
“Laporan sudah kami terima, kami langsing berkordinasi dengan Bawaslu untuk segera kami tindak lanjuti,” ungkapnya.(**)