Suksesi Nasional, Blitar –
Kirim Sumber Go golek, sebuah tradisi turun temurun masyarakat Desa Karangsono Kecamatan Kanigoro Kabupatenen Blitar. Sebuah upacara adat desa setempat untuk memohon keberkahan kepada Sang Pencipta agar diberikan hasil panen yang melimpah.
Seperti disampaikan Kepala Desa (Kades) Karangsono, Tugas Nanggolo Yudho Prasetiyono/Bagas, ritual adat tersebut diadakan di Kedung Sumber Golek atau dinamakan juga Dam Dawuhan yang merupakan sebuah sumber (mata air) yang hingga kini masih dimanfaatkan oleh penduduk sekitar.
Dikatakan Bagas, keberadaan mata air Sumber Golek tak bisa lepas dari jasa seorang Kepala Desa Tlogo bernama Mbah Palang yang berhasil membangun Dam agar air yang mengalir dari Sumber Golek tersebut bisa dibendung untuk dimanfaatkan warga sekitar, termasuk juga mengaliri sawah.
“Menurut cerita yang melegenda, ketika hendak membangun Dam tersebut, Mbah Palang bersumpah jika berhasil membangun dan tidak jebol maka beliau rela untuk menjadi tumbalnya (yang dikorbankan). Sumpah Mbah Palang inipun benar-benar terjadi”, kata Bagas, Sabtu (19/12/2020).
Lanjutnya, ketika pembangunan Dam yang diidamkan masyarakat inipun rampung dan tidak jebol, seketika itu Mbah Palang raib ditelan bumi (Mukso) bersama kereta kuda (Andong) yang dikendarainya, tepat dilokasi bangunan tersebut.
Hilangnya Mbah Palang beserta andongnya secara tiba-tiba itu, kata Bagas, membuat geger masyarakat desa Karangsono. Cerita Mukso nya Mbah Palang inipun tersebar luas. Meski sulit diterima akal sehat, namun cerita ini dipercaya dan diyakini benar.
“Antara percaya dan tidak, ucapan Mbah Palang terbukti dan sampai sekarang Dam Dawuhan atau Sumber Golek tidak jebol dan tetap berfungsi baik. Atas dasar itulah, sebagai penghormatan kepada leluhur, kami menggelar acara kirim doa sebagai tradisi turun temurun dan harus dilestarikan”, ucap Bagas.
Masih kata ia, Dam Dawuhan (Sumber Golek) adalah sumber mata air yang terletak di batas Desa Karangsono dengan Desa Tlogo yang terletak di ketinggian kurang lebih 20 meter dari permukaan tanah.
“Masyarakat sempat beberapa kali membangun Dam namun selalu gagal (jebol) tak mampu menampung air. Dengan demikian, kami menganggap Mbah Palang adalah pahlawan. Berkat pengorbanan beliau, Dam itu mampu mengairi sawah seluas 153 hektar bahkan sampai ke Dusun Glondong Kelurahan Satreyan”, terangnya.
Kirim doa kepada leluhur ini, kata Bagas, masyarakat Desa Karangsono juga bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberi rezeki hasil panen yang berlimpah serta dijauhkan dari balak (bahaya).
“Kami tidak akan pernah melupakan jasa para leluhur. Tradisi Kirim Sumber Golek harus tetap dipelihara sepanjang masa. Harapannya, Dam tersebut tetap awet dan bisa bermanfaat bagi masyarakat Karangsono dan sekitarnya”, tutup Bagas.
“Ada cerita mistis seperti yang dituturkan para pinisepuh, bahwa pada malam-malam tertentu Mbah Palang masih sering menampakkan diri dengan ditandai suara lonceng Andong gemerincing serta suara bengih kuda”, tutupnya. (ek)