Suksesi Nasional, Blitar –
Produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diwilayah Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan sekitar 0,3 persen. Data tersebut berdasarkan laporan kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur.
“Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2018 sampai tahun 2019 betada dikisaran 57,52 persen dari total 12,1 juta unit UMKM. Sementara di tahun 2020 ini hanya memberikan kontribusi sebesar 54 persen.
Demikian disampaikan Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa saat meresmikan Desa Rejowinangun Kecamatan Kademangan Kabupatenen Blitar sebagai Desa Digital dan UMKM, Sabtu (12/9/2020) malam.
“Menurut Khofifah, faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut adalah adanya pandemi Covid-19 ini. Sehingga sangat mempengaruhi daya beli masyarakat maupun produk yang dihasilkan pelaku UMKM.
“Saat ini masyarakat masih cenderung untuk saving atau menabung. Maka dari itu, bagaimana sekarang menggerakkan industri kreatif dan UMKM namun masyarakat juga bergerak untuk membeli produknya. Sehingga marketnya bisa tumbuh”, tuturnya.
Lanjut Khofifah, untuk menumbuhkan keseimbangan antara produktivitas yang dihasilkan oleh pelaku UMKM serta daya beli masyarakat, harus dibarengi dengan tindakan untuk mendorong hal tersebut yakni seperti bantuan subsidi gaji dan subsidi upah.
“Mantan Menteri Sosial (Mensos) ini mengatakan, kalau produktivitas UMKM tidak diserap pasar atau tidak ada Market Share (pangsa pasar), maka tidak ada Multiplier effect- (efek berganda).
Jadi format-format UMKM itu utamanya dibidang Mamin (makanan dan minuman), sesuai arahan Bapak Presiden diharapkan bisa tumbuh secara bertahap sehingga kontraksi ekonomi ini bisa kita balik menjadi pertumbuhan yang positif”, terang Khofifah.
“Sementara itu Kepala Desa Rejowinangun, Bagas W memaparkan, kalau untuk Desa Rejowinangun itu sendiri yang merupakan Pilot Projects dari Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM. Ia menyebutkan, di desanya ada lebih dari 126 pelaku usaha mikro yang bergerak dalam makanan dan minuman olahan.
Saat pandemi ini kesulitan yang dihadapi adalah distribusi pemasaran dan penurunan daya beli. Apalagi sektor pariwisata juga terdampak cukup parah, dan ini sangat berkaitan sekali.
“Kami Pemerintah desa bergerak untuk ikut campur tangan dalam melakukan terobosan yaitu dengan membuat Website dan membantu pemasaran”, kata Bagas W.
Menurutnya, dalam proses pemasaran tersebut melalui Portal Desa Digital untuk memasarkan produk melalui Katalog online, produktivitas UMKM yang ada di desanya tidak begitu terpengaruh saat pandemi seperti sekarang ini, hanya mengalami sedikit penurunan.
“Alhamdulillah, meskipun terjadi pandemi Covid-19 sejak bulan Maret lalu sampai sekarang ini, tidak ada kendala yang berarti. Ini dikarenakan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat, sehingga semua dapat teratasi”, tutupnya. (ek)