Suksesi Nasional, LAMONGAN – Bursa kandidat Calon Bupati Lamongan masih dipegang Dr.H.Yuhronur Efendi, MBA untuk memenangi Pilkada 2024. Dari beberapa kontestasi Cabup.dan berbagai lembaga survei dan Medsos saja calon incumbent masih di unggiul atas Cabup lainya.
Bahkan Pak Yes, panggilan akrab Yuhronur Efendi elektabilitasnya jauh lebih tinggi dari rivalnya calon lainya.
Sebagaimana Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publuk (PSDK) Universitas Islam Darul Ulum (Unisda) Lamongan merilis hasil survei untuk Pilkada Lamongan November 2024 mendatang, Kantor Pusat Studi Unisda Jl.Andansari No 58, Selasa (11/6/2024).
Dihadapan puluhan awak media, PSDK memaparkan hasil survei dan alasanya. Dalam acara tersebut juga memberikan kesempatan pada awak media untuk memberikan tanggapan, respon, dan pertanyaan apa dan bagaimana, sehingga survei tertinggi masih dipegang Pak Yes.
Hasil survei disampaikan PSDK, dimana elektabilitas calon incumbent Yuhronur Efemdi masih unggul di angka 35 persen, disusul Abdul Ghofur dengan 15 persen dan Suhandoyo 12 persen.
Selain nama diatas, kandidat lain seperti Abdul Rouf, Khusnul Yakin, Debby Kurniawan, Ahmad Shandy mendapat angka di bawah 5 persen.
Survei PSDK ini melibatkan 1.200 koresponden yang tersebar di 27 kecamatan di Lamongan dari berbagai jenjang usia dan latar belakang profesi. Survei digelar pada 26 – 31 Mei 2024 lalu.
“Elektabilitas petahana masih unggul dari suervei kami, hal ini juga senada dengan survei preferensi warga NU dan Muhammadiyah,” kata peneliti PSDK, Ahmad Sholikin.
Survei PSDK menunjukan bahwa beberapa isu krusial mendasari pilihan calon pemilih pada 27 November mendatang. Adapun isu tersebut meliputi kebutuhan pokok, infrastruktur.
“Isu-isu krusial, berkaitan ekonomi 25 persen terkait harga pokok mahal. Kemudian infrasturktur persoalan yang harus segera diselesaikan. Selain itu juga pupuk bagi petambak,” lanjutnya.
Sejauh itu, dari keseluruhan koresponden menjatuhkan pilihanya berdadarkan latarbelakang figur, kedekatan, dan hubungan calon dengan pesantren.
“Prefresnsi pemilih, menentukan dari elemen pesantren kemudian partai politik dan tokoh muda atau milenial,” urainya.
Ditambahkan Halim, peneliti PSDK bila survei ini masih sangat dinamis koresponden cenderung bisa merubah pilihanya lantaran belum masuk masa kampanye dan tahapan pilkada.
“Masih dinamis, mengingat hari ini pemilih masih mengukur kandidat berdasarkan media sosial, juga belum masa kampanye.
Yang perlu diingat survei sewaktu-waktu bisa berubah, karena memang pengaruh money politik masih dominan bisa merubah, ya pengaruhnya bisa 50 persen lebih, ” pungkasnya, pada awak media.(rul)