Suksesi Nasional, Blitar – Siapa tak kenal tiga tokoh senior Blitar berikut ini. Meski berlatar belakang swasta, nama ketiganya dikenal luas oleh masyarakat Blitar, baik pelosok Kota maupun Kabupatenen, mulai dari tukang becak hingga pejabat pemerintah.
Mengutip pernyataan membanggakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto “The old soldier never die and never faded away”(seorang prajurit tak pernah mati, tak pernah menghilang dan tak akan purna dari tugasnya sebelum dirinya dipanggil Tuhan Yang Maha Esa). Barangkali kalimat itulah yang cukup pantas dialamatkan kepada tokoh-tokoh senior berikut ini.
Meskipun tentu saja ketiganya bukanlah prajurit sesungguhnya, namun kecintaannya pada Kota Blitar mendorongnya untuk ikut urun rembug (memberi masukan) menjelang gelaran Pilkada. Merekapun ingin agar pendapatnya diketahui masyarakat luas.
Santoso Candra (68) atau lebih dikenal Koh Abyo, yang pernah menjadi peternak ayam petelur terbesar di tahun ’90 an mengatakan bahwa Blitar itu dikenal sebagai Kotanya Bung Karno, maka menurutnya PDIP harus menang di Pilkada Blitar.
“Blitar harus PDIP yang menang karena kotanya Bung Karno. PDIP itu partai Nasionalis. Blitar harus dipegang PDIP”, katanya saat ditemui di peternakannya di Kecamatan Kademangan, Senin (16/11/2020).
Di masa kejayaannya, tokoh yang dikenal punya jiwa sosial tinggi yang sekarang menetap di Srengat ini menambahkan, untuk Pemilihan Bupati Blitar dirinya mendukung Rijanto, selain karena masih kerabat dari mantan istrinya, Rijanto orangnya baik.
“Pak Rijanto itu masih kerabat mantan istri saya. Dia (Rijanto) orangnya baik. Sedangkan untuk Kota Blitar saya juga mendukung calon yang diusung PDIP”, imbuh Abyo.
Berbeda dengan Abyo, tokoh senior nyentrik bernama Suparlan yang akrab disapa Berland atau Mbah Land (69) alamat Jalan Pandan Kota Blitar ini punya pandangan tersendiri soal Pilkada.
“Ngene lo, Pilkada iki wis biasa, ora usah rame, ayo dijogo bareng-bareng ben aman damai” (begini, Pilkada itu sudah biasa, tidak usah ramai/panas, mari dijaga bersama supaya aman dan damai”, katanya.
Tokoh yang cukup disegani yunior-yuniornya ini mengatakan terus terang memberikan dukungannya kepada Santoso. Menurutnya Santoso meniti karir dari bawah dan mengerti pemerintahan.
“Pak Santoso itu dari bawah, mengerti pemerintahan. Sedangkan Henry masih muda, belum cukup pengalaman”, imbuhnya.
“Selain berpengalaman, bermasyarakatnya juga baik. Dukungan saya tetap ke Pak Santoso, apapun yang terjadi”, tandasnya.
Seorang tokoh lain bernama Tan Kiat Hwie (70) alamat Jalan Ahmad Yani Kota Blitar memberikan ulasan yang hampir sama. Menurutnya, Indonesia itu negara yang berazaskan Pancasila. Jadi sudah seharusnya setiap warga negara Indonesia itu Pancasilais.
“Negara kita kan asasnya Pancasila, jadi kita juga harus Pancasilais. Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa dan agama berbeda. PDIP adalah partai nasionalis. Dan menurut saya PDIP lebih toleran terhadap keberagaman”, kata Kiat Hwie.
Pentolan komunitas Tionghoa yang sejak muda gemar melakukan kegiatan sosial ini mengatakan secara tegas bahwa dirinya mendukung pasangan nomer 2 di pesta demokrasi Kota Blitar pada 9 Desember bulan depan.
“Saya terang-terangan mendukung nomer 2 Santoso-Tjutujuk. Saya tidak takut mengutarakan pendapat saya. Saya sarankan untuk memilih sesuai hati nurani, tidak usah takut. Pilih yang dianggap lebih baik untuk memimpin Kota Blitar 5 tahun mendatang”, pungkasnya. (ek)